Senin, 01 Juni 2020

Menyama Braya, Kunci Kelestarian Budaya Bali


Bade bersiap dibawa menuju setra
Kalian semua pasti kagum dengan budaya nusantara, salah satunya yaitu budaya Bali. Keunikan budaya bali sudah terbukti mampu menarik minat wisatawan untuk berwisata ke Bali. Budaya Bali sangat erat kaitannya dengan Agama Hindu.

Berbagai tradisi di Bali sudah membudaya sejak dahulu kala hingga saat ini. Apa yang membuat kebudayaan di Bali berputar abadi ? Jawabannya adalah Menyama Braya.



Menyama Braya adalah gotong royongnya Bali. 

Salah satu tradisi yang sudah mendunia adalah Ngaben. Karena banyaknya tahapan dalam prosesi ngaben,  tradisi ini membutuhkan partisipasi seluruh masyarakat desa. 

Kebayang gak kalo tradisi ini hanya dijalankan oleh beberapa orang saja ? Impossible!

Berikut ini adalah tahapan pada hari terakhir Ngaben, yaitu pengarakan/membawa Bade (wadah jenazah) ke Setra (kuburan). Ini adalah prosesi Ngaben kumpik/buyut penulis.


Bade dibawa menuju setra
Pembakaran jenazah di setra (kuburan)

Selain tradisi Ngaben, tradisi di Bali lainnya adalah tradisi Pawiwahan (pernikahan), Mepandes (potong gigi) Pemlaspasan (syukuran rumah baru) dan beragam tradisi lainnya.

Dalam suatu desa di Bali, setiap digelarnya tradisi adat, setiap keluarga, sesuai dengan kartu keluarga, harus turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan prosesi adat, yaitu 1 orang laki-laki dewasa dan 1 orang perempuan dewasa. Biasanya masyarakat yang berpartisipasi dalam menyama braya adalah pasangan suami istri.

Bagaimana jika ada masyarakat yang kurang aktif bahkan tidak aktif dalam menyama braya ?

Jika tidak aktif dalam menyama braya, maka akan dikenakan sanksi sosial. Dimana saat keluarga yang kurang aktif bahkan tidak aktif menyama braya tersebut melakukan tradisi adat, mereka akan dikucilkan bahkan tidak ada masyarakat yang membantu keluarga tersebut saat melaksanakan tradisi adat 

Mengingat kesibukan setiap masyarakat, terdapat peraturan di beberapa desa, jika warganya tidak dapat menyama braya bisa membayar uang dengan jumlah yang ditentukan. Di desa saya, contohnya, membayar sebesar 250rb/tahun ke kas desa. Jika hanya satu orang saja hanya membayar setengahnya yaitu 125rb. Hal ini dinamakan ngampel.

Biasanya masyarakat yang melakukan ngampel tinggal di luar daerah atau merantau. 

Berikut ini adalah beberapa foto menyama braya di desa saya. Ini adalah tradisi Melaspas.

Membuat sate untuk sarana upacara

Membuat canang & banten untuk sarana upacara
Membagikan teh & kopi untuk seluruh masyarakat


Tugas laki-laki dan perempuan dalam menyama braya tentu berbeda. Laki-laki mendapat tugas memasang tenda, menyembelih hewan, membuat sate, membilah mambu untuk upakara, megambel (memainkan alat musik tradisonal). Sedangkan tugas perempuan adalah membuat kopi dan teh, nyait (membuat upakara dari daun kelapa), memasak dan sebagainya. 

Bagaimana tradisi di daerah kalian ? Ayo ceritain di kolom komentar ya

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda